Halo guys! How was your long weekend holiday? Kemarin kan sempat ada libur akhir pekan agak panjang tanggal 9-12 Mei 2024. Pasti banyak deh yang menyempatkan liburan bersama keluarga tercinta. So did I!
Berhubung aku off praktik juga di tanggal 10-11 Mei 2024, jadi kepikiran untuk liburan ke tempat yang sedikit jauh dari rumah. Kalau ke area atas (nuansa gunung) kami sekeluarga sudah pernah, nah yang belum pernah nih main ke pantai. Jadi gaskeun aja ygy~
Since it was a long weekend, pasti banyak turis di tempat wisata. Jadi kami putuskan untuk cari pantai yang "ramah anak" dan bukan tujuan wisata utama bagi turis. Dan jatuhlah keputusan untuk liburan ke Pantai Sundak! ☺
Tanggal 9-10 Mei sudah puas rehat tipis-tipis di rumah, tanggal 11 Mei kami baru pergi ke Sundak. Karena tidak mau menginap dan tidak mau terlalu kepanasan ketika di pantai, kami pergi di siang hari, yaitu pukul 10.30 π maksudnya supaya sampai Sundak agak sorean. Tapi ternyata... Wkwkwk
Berangkat dari kediaman kami di Jalan Gito-gati (Kabupaten Sleman), menggunakan mobil pribadi kecintaan kami Toyota Twincam keluaran 1990 yang tentunya sudah yakin kondisi nya fit untuk perjalanan jauh menuju pantai di Gunung Kidul.
What we brought (aku bawa totebag agak besar, bojoku bawa tas selempang ukuran sedang) :
- handuk (1 handuk untuk bertiga)
- baju ganti untuk masing-masing individu
- perlengkapan mandi (sabun, shampoo)
- mini travel pack kebutuhan balita untuk Orion (isinya sabun+shampoo bayi, bedak bayi, minyak telon, tisu basah)
- susu Formula untuk Rion (masih dalam bentuk bubuk)
- dot Rion
- tempat minum Rion (diisi full air putih)
- termos air panas ukuran 1L (diisi full air panas) untuk keperluan bikin susu
- botol minum ukuran 650 mL (2 buah, diisi penuh air putih)
- snack untuk Rion (biskuit marie dan permen cokelat cha-cha)
- sunscreen wajah spf 50
- lotion badan spf 20 (mau beli sunblock tapi kok cari-cari di toko sekitar rumah ga ada yang ukuran kecil π’)
- uang tunai Rp 400.000
Tidak lupa sebelum berangkat sudah isi penuh baterai handphone karena akan pakai Gmaps untuk penunjuk jalan dan pasti akan boros baterai karena di beberapa daerah yang akan dilewati agak susah sinyal. Kami juga isi bensin dulu Rp 200.000 (kami pakai Pertalite, dapat 20 Liter)
Ada 2 rute pilihan untuk menuju Sundak, yaitu lewat Wonosari-Tepus-dst (1) atau lewat Siluk-Panggang-dst (2). Menurut kontur jalan, kami pilih lewat Selatan yaitu lewat Siluk-Panggang-dst. Karena kalau lewat Wonosari jalannya naik agak tinggi, khawatir mobil kami agak ngos-ngosan. Ya,, meskipun lewat selatan juga ada naik-turunnya sih di beberapa wilayah karena memang daerah Gunung Kidul kan topografinya seperti itu ya.
Aku pribadi pernah tinggal selama 2 minggu di Saptosari (dekat Kapanewon Panggang) dalam rangka koasistensi lapangan Interna Hewan Besar, jaman dulu sewaktu masih kuliah tahun 2018~ Jadi sudah tidak terlalu asing dengan jalannya. Begitupun bojoku yang pernah juga mengantar Bu Puji (istri Pak Marno) ke tempat beliau mengajar di SD Sawah (di Kapanewon Panggang).
Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2,5 jam dari rumah sampai Pantai Sundak. Mengikuti arahan Gmaps, alhamdulillah tidak sesat. Bojoku sempat tanya "ini kita ga disuruh lewat Cinomati kan?" Wkwkkw. Bercanda banget bojoku. Lalu kujawab "weh, ya engga nooo.. Kan lebih selatan lagi kita. Kita lewat Siluk. InsyaAllah aman," Kami tuh takut banget memang dengan jalan di Cinomati karena sangat berliku dan terjal. π₯²
Hari itu cuaca cerah. Menyenangkan sekali! Orion juga happy selama perjalanan. Sempat tertidur sampai 1 jam ketika perjalanan. Ketika bangun sudah sampai di jalan lebar beraspal yang sudah hampir menuju pantai. Alhamdulillah jalanan di Gunung Kidul sudah banyak yang bagus (teramati sudah sejak aku koas dulu sih). Jadi sangat nyaman untuk wisata. ππ
Menuju pantai tentunya ada portal retribusi. Cukup membayar 6.000/orang (tarif akhir pekan), dan tambahan 5.000 untuk tiap kendaraan mobil (sedangkan motor 2.000). Kami membayar Rp 23.000. Dan retribusi ini tidak ditarik lagi jika hendak ke pantai lain di Gunung Kidul di hari yang sama. Contohnya awalnya ke Pantai Baron, lalu setelah ke pantai tersebut keluar dari portal dan menuju portal Pantai Sundak dkk., nah ini tidak perlu membayar lagi, cukup tunjukkan tiket retribusi yang sudah didapat di portal tempat kita membayar. Irit bukan?
Beruntungnya kami, Pantai Sundak tidak terlalu ramai. Jika dibandingkan pantai di sebelah timurnya yang lebih terkenal yaitu Pantai Indrayanti, Sundak lebih sepi dan kami rasa saat itu sangat nyaman. Kami parkir dekat pantai, ada biaya parkir Rp 10.000 dibayarkan di awal.
Orion sangat senang karena ini pertama kalinya ia ke pantai. Wih langsung tidak mau pakai alas kaki semenjak turun dari mobil. Eits tapi kami harus sholat dulu karena di perjalanan tadi tidak berhenti untuk sholat dzuhur. Ada mushola yang bisa dipakai gratis beserta tempat wudhunya (tapi tidak ada toilet di mushola ya, toilet banyak namun berbayar karena milik perorangan). Ada pula mukena dan sajadah di sana, jadi buat kita yang perempuan tidak perlu khawatir jika tidak membawa mukena. Namun sayangnya tidak tersedia sarung ketika kami di sana, mungkin sedang dicuci ya π€ jadi untuk laki-laki yang pakai celana pendek kemarin itu pada pinjam bawahan mukena untuk sholat.
Oh iya, pasir pantai di daerah Gunung Kidul warnanya putih karena kandungan kapurnya, termasuk di Pantai Sundak ini. Kalau daerah Bantul rata-rata pasirnya kehitaman karena kaya kandungan logam. Ada tebing karang besar di sisi barat dan timur pantai Sundak. Pada tebing sebelah timur ada semacam gua yang terdapat sumur air tawar di dalamnya (kemarin kami tidak sampai masuk sana karena harus jalan di atas karang-karang kecil yang licin).
Pantai Sundak menurutku ramah anak karena bentuk pantainya yang tidak langsung terhempas ombak lautan ketika kita masuk ke air. Ada bagian berair tenang yang lumayan luas dan dangkal (sekitar sedalam 15cm ketika kami ke sana) sebelum akhirnya bertemu ombak laut lepas, sehingga bisa bermain dengan nyaman di air tanpa takut terhantam ombak. Seru sekali melihat ikan-ikan kecil yang bermain di antara karang. Kami lihat kelomang dan bintang ular juga! Orion sampai tidak mau berhenti bermain di air. π bahkan setelah mandi pun masih mau masuk lagi ke dalam air.
Fasilitas pantai menurutku cukup lengkap untuk sekedar menikmati liburan santai. Mushola (free), parkiran dekat pantai yang cukup luas, tempat makan (bisa juga untuk kelompok karena ada beberapa tempat makan yang menyediakan lesehan semacam aula kecil-kecilan di lantai 2), toilet dengan wc jongkok, kamar mandi untuk mandi/bilas, penjual baju, penjual mainan anak (mobil-mobilan, boneka, dsb.), penjual ember+jaring kecil, penjual ember+sekop plastik kecil, fotografer (hanya Rp 3.000/foto, tidak dicetak namun kirim file), penginapan per-kamar, ada juga penginapan rumah (beberapa bisa dipesan via online). Ada juga area camping khusus untuk wisatawan yang mau melakukan beach camp.
Tarif kamar mandi nampaknya sama semua. 10.000/orang untuk mandi atau BAB, 5.000/orang untuk BAK atau kegiatan lain yang menggunakan sedikit air (misal cuci muka saja, wudhu, dsb.). Biaya makan wajar, tidak mahal meskipun ada dalam kawasan wisata (dan meskipun saat itu akhir pekan yang panjang). Kami kemarin menghabiskan Rp 99.000 selama di dalam pantai dengan rincian:
- mandi 10.000 x 3 orang : 30.000
- makan nasi goreng 10.000 x 2 orang : 20.000
- kelapa muda 1 : 10.000
- es milo 1 : 7.000
- ember+jaring kecil 1 set : 20.000
- jajan tenongan pisang rebus 3 biji : 5.000
- jajan tenongan rujak 1 pack : 7.000
Wiiihhh irit sekali trip kali ini.
Sekitar pukul 15.00 kami mulai perjalanan pulang. Menyempatkan sholat terlebih dahulu di mushola pantai. Supaya jalan yang dilewati tidak sama dengan jalan ketika berangkat, maka kami memilih melalui Wonosari. Nah kalau dari pantai ke Wonosari rasanya tidak berat naiknya. Namun begitu dari Wonosari ke barat, terasa curam turunnya.
Rute pulang yang kami pilih di Gmaps adalah rute yang baru pertama kali kami lewati dari Sundak ke Wonosari. Ternyata melewati masjid jama'ah Aolia' yang kemarin sempat viral karena Idul Fitri lebih dahulu dibandingkan Muslim lainnya.
Berhubung bojoku khawatir uang tunainya kurang, bojoku langsung berhenti begitu lihat ada ATM Bank BPD DIY di daerah Tepus. "Alhamdulillah yang ini online, bisa ambil duit," begitu kata bojoku. Entah berapa jumlah yang ia tarik. Tapi sejauh perjalanan pulang kami, tidak lagi ada pengeluaran bahkan untuk bensin.
Kami sampai kembali di kediaman kami sekitar pukul 18.00. Lalu lintas sore itu termasuk tidak ramai meskipun akhir pekan panjang. Perjalanan yang menyenangkan ππ
Komentar
Posting Komentar