Langsung ke konten utama

Pengalaman Menyapih Anak

Dulu sewaktu masih aktif menyusui selalu bertanya-tanya "besok anakku disapihnya caranya gimana ya?", sembari berdoa "ya Allah, mudahkanlah esok ketika aku akan menyapih anakku,"

Tapi ternyata Allah kasih jalan yang tak disangka-sangka. 😭

---------------

Setelah anakku bisa menyusu langsung dari payudara, anakku cukup aktif untuk minta nen, bahkan sampai usianya 21 bulan. Ini anakku juga ngedot pakai sufor dan frekuensi ngedotnya mulai meningkat setelah usia 6 bulan. Dalam sehari frekuensi susu formula bisa 2-4x, sedangkan ASI bisa berkali-kali (6-10x). Makan juga tetap banyak loh, bahkan anakku juga ngemil. Anakku ini tidak gemuk, malah peningkatan berat badannya agak sulit apalagi setelah bisa merangkak lalu bisa berjalan karena dia sangat aktif. πŸ’•

Karena sangat seringnya menyusu langsung, aku sempat khawatir akan sulit untuk menyapih anakku. Memasuki usia 19 bulan, ternyata mulai ada masalah. Masalahnya adalah lecet-lecet pada puting akibat anakku yang sering menyusu sambil "nge-reog". Biasanya lecet ringan pada puting cukup aku olesi dengan ASIku sendiri dan bisa sembuh, namun kali ini lecetnya tidak segera sembuh dan lukanya cukup dalam sampai membentuk garis seperti hampir sobek. Aku coba pakai krim khusus untuk puting, mulai membaik namun belum bisa sembuh total karena aku masih menyusui dengan frekuensi yang sama dengan sebelumnya.

Setelah 1 bulan tidak sembuh-sembuh, (hanya membaik namun masih lecet-lecet) aku memutuskan untuk mengurangi frekuensi menyusuiku sedikit demi sedikit hingga akhirnya hanya menyusui saat malam hari saja. Awalnya anakku rewel ketika aku mulai mengurangi frekuensi menyusui. Namun aku selalu beri pengertian ke anakku bahwa aku mengalami luka di puting, dan mengurangi menyusui bisa membantu mempercepat kesembuhannya. Selalu aku komunikasikan seperti itu sambil diberi pemahaman juga bahwa anakku sebentar lagi akan jadi anak besar yang sudah tidak lagi menyusu dari payudara.

Berhubung tidak juga sembuh meski sudah dikurangi frekuensi menyusuinya, lecet di puting tidak juga sembuh. Akhirnya di minggu awal usia anakku 22 bulan, aku hentikan pemberian ASI. Namun anakku tetap minum susu formula melalui dot dan kadang minum susu UHT melalui sedotan. Benar saja, setelah berhenti menyusui, lecet-lecet pada puting bisa sembuh dalam waktu kurang lebih 4 hari dengan treatment yang sama yaitu menggunakan krim khusus untuk puting yang luka.

Meskipun sudah berhenti menyusu, anakku ternyata masih ada keinginan menyusu ketika ia sakit batuk pilek di kisaran minggu ketiga usia 22 bulan. Wah pada waktu itu cukup tidak tega melihatnya, tapi aku tetap konsisten untuk tidak menyusui dan anakku tidur dengan cara aku gendong tiap dia ingin menyusu saat itu.

Anakku saat ini usia 25 bulan dan sudah tidak ada keinginan untuk menyusu langsung lagi. πŸ˜‡ MasyaAllah..

Begitulah pengalaman menyapihku yang ternyata Allah kasih dengan jalan seperti itu. MasyaAllah, begitu indahnya jalannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peningkat Imun Transfer Factor sebagai Imunomodulator untuk Kucing

Dear readers, Tulisan ini aku tulis berdasarkan pengalamanku pribadi sebagai dokter hewan yang sudah pernah mencobakan peningkat imun/imunomodulator "transfer factor" (TF) dalam pengobatan berbagai kasus penyakit di kucing. Selama jadi praktisi hewan kecil tentunya banyak kasus penyakit yang ditemui, mulai dari sakit ringan berupa gumpalan bulu yang nyangkut di gigi, sampai kasus yang cukup berat dan menguras air mata seperti FIV (feline immunodeficiency virus) yang sudah komplikasi. Ada kasus yang trennya selalu naik selama musim hujan, yaitu virus panleukopenia. Lebih detailnya tentang virus ini nantinya akan ada postnya juga ya. Pada intinya virus panleukopenia ini menyerang tubuh kucing dan utamanya menurunkan jumlah sel darah putih yang digunakan untuk menyerang segala macam infeksi termasuk virus panleukopenia itu sendiri. Nah loh, kalau sel darah putih aja jumlahnya turun akibat si virus terus yang ngelawan ni virus siape tong? 😭 di klinik tempatku bekerja kemarin ada...

My Career Story

Hey yo, it's time to share my career story~ Aku dilantik sebagai dokter hewan di bulan Desember 2019, tapi aku sudah bekerja loh kala itu. Kok bisa??  Bisa donk, guys. Let me tell you, alhamdulillah karir dokter hewan bisa di mana2 banget dan lowongan kerja selalu ada. Bisa dari bidang peternakan, pegawai negeri, tenaga harian lepas di instansi pemerintahan, tenaga pendidik, praktisi hewan kecil, industri makanan dan minuman dari produk hewan, industri obat hewan, laboratorium yang menggunakan hewan coba, bidang konservasi, dsb. Rata-rata sangat mau menerima dokter hewan yang masih menunggu masa pelantikan, tapi sudah harus selesai masa koas. Ketika itu aku mencoba di bidang praktisi hewan kecil yang kebetulan ada lowongannya di Jogja (pada saat itu sebenarnya ada beberapa lowongan daerah Jogja, tapi ndilalahnya kepincut jadi praktisi hewan kecil). Langsung kirim berkas dan wawancara di sebuah klinik yang kebetulan juga dekat dengan rumah. Apakah langsung diterima? Hohoho,, ternyat...

Pengalaman Koas di FKH UGM

Fakultas kedokteran hewan, sama seperti fakultas kedokteran yang lainnya, juga perlu menempuh pendidikan profesi untuk mendapat gelar dokter. Pendidikan profesi dokter hewan baru bisa ditempuh setelah lulus pendidikan S1 kedokteran hewan. Pendidikan profesi ini biasanya disebut juga koasistensi atau singkatnya koas. Di UGM, pada tahun 2018, kegiatan koas kedokteran hewan berlangsung selama kurang lebih 1 tahun. Terdiri dari 6 bagian koas yang masing2 ditempuh dalam kurun waktu 8 minggu. 6 bagian koas tersebut adalah - koas interna hewan kecil (incil), - koas interna hewan besar (inbes),  - koas kedinasan atau koas dinas (kodin), - koas reproduksi (korep), - koas bedah (bedah), dan  - koas diagnosa laboratorik (kodil).  (kabarnya terkini ada 1 bagian koas baru yaitu koas manajemen RSH -2019) Masing-masing koas deg-degan nya beda2 nih, dan tentunya beban koasnya juga berbeda tiap bagian. Yang paling bikin kaku pikiran dan badan adalah koas diagnosa laboratorik. Wuuuhhh,, ya...