Langsung ke konten utama

Bikin kacamata pakai BPJS? Coba yuk!

Halo gaes para pengguna kacamata, sudahkah mencoba untuk buat kacamata pakai bpjs? Ini pengalaman pertamaku bikin kacamata pakai bpjs!

Setelah bersama dari 2013, akhirnya frame kacamataku sudah menunjukkan kelelahannya. Begitu pula lensanya yang sudah bersamaku sejak 2016. Well, sekarang 2022 dan aku rasa mereka sudah cukup lama membersamaiku setiap hari bahkan kadang aku lupa melepasnya ketika tidur! πŸ˜… frame sudah mulai mengelupas dan penyangga di area hidung beberapa hari lalu sudah patah, lensanya sudah ada garis retak dan mulai buram. 

Aku lihat story wa temanku yang bikin kacamata pakai bpjs, kok menarik sekali ya, pengen banget nyoba. Kebetulan baru bisa di hari ini, di mana support system ku sangat bisa mendukung. Kakakku lagi libur kerja, mama dan bapakku juga lagi ga banyak kerjaan di sawah. Meskipun ga bisa datang pagi-pagi sekali seperti yang aku bayangkan, tapi ga masalah loh. Baby Rion bangun cukup pagi sekitar pukul 07.30, sarapan juga lumayan cepat dan tidak banyak drama, jadi sekitar jam 09.30 aku sudah bisa berangkat ke faskes tingkat I di kartu bpjs-ku yaitu di Puskesmas Seyegan.

1. Menuju Faskes I (jangan lupa bawa kartu BPJS!)

Aku kira bakal penuh sekali, tapi ternyata tidak loh. Mungkin timing nya pas, ga terlalu pagi, jadi sudah banyak pasien yang selesai. Karena masih dalam masa transisi covid-19 menuju endemi, kursi tunggu masih diberi jarak antar pasien. Meskipun hampir semua kursi terisi, tapi tidak ada yang sampai menunggu di luar ataupun berdiri.

Setelah mengambil nomor antrian di pintu masuk (yang dibantu oleh petugas keamanan,, terima kasih ya Pak 😊), langsung ke pendaftaran karena kebetulan sedang tidak ada antrian ke pedaftaran.


Ooo ternyata masuk ke poli umum, gaes! Nunggu dipanggil sesuai dengan nomor antrian. Ya lumayan nih aku nunggunya, nomor antrian 58 dan baru dipanggil sampe nomor 28. Tapi menurutku ga terlalu lama sih nunggunya, kurang lebih 1,5 jam.

Masuk poli umum, disambut oleh perawat dan ditanya keluhannya. Kujawab saja mau ganti kacamata karena sudah tidak nyaman frame nya dan lensa sudah ada retak. Lalu aku diukur tensi nya dan langsung diminta duduk depan meja dokter. Cuma ditanya sudah berapa lama kacamatanya dan minus berapa. Uuhh ada info tambahan dookk,, aku ada silinder juga. Eh iya, ditanya juga mau rujukannya ke mana, ada 2 pilihan rumah sakit dan aku pilih yang terdekat dari rumah orangtuaku di Seyegan. Lalu diprintkan surat rujukannya dan disuruh ke kasir untuk dicap suratnya.

2. Menuju Rumah Sakit Rujukan (fotokopi surat rujukan 1x ya~)

Cus ke rumah sakit rujukan. Sebelum ke pendaftaran, belok dulu ke fotokopian untuk fotokopi surat rujukan. Begitu sampai rumah sakitnya, kebetulan pendaftaran lagi kosong dan langsung nyapa mbak petugasnya. Looohh ternyata hari itu spesialis mata libur alias tidak praktik. πŸ˜… praktik lagi hari Jumat alias 4 hari kemudian. Berhubung ini surat rujukan udah terlanjur ditujukan untuk rumah sakit yang ini, ya sudah akhirnya kupilih kembali di hari Jumat saja.

Hari Jumat siang aku datang lagi ke rumah sakit rujukan. Aku datang 30 menit setelah pendaftaran poli mata dibuka. Ya maklum, baby Orion baru bisa dititip ke Omanya,, jadi agak terlambat berangkatnya. Sampai sana langsung ke pendaftaran dengan menunjukkan surat rujukan dan ternyata sudah didaftarkan sejak Senin ketika aku pertama kali datang. Lalu diminta ke bagian informasi dan diminta mengumpulkan fotokopi surat rujukan dan diminta menunggu untuk dipanggil kembali ke informasi. Tidak menunggu lama, aku dipanggil lagi dan ada berkas tambahan dari bagian informasi untuk ditandatangani, lalu aku diminta mengumpulkan berkas itu ke pendaftaran. Setelah mengumpulkan berkas, diminta menunggu. Heheheee sudah lumayan ternyata antriannya, dapat nomor 16. Dan dokternya baru praktik 30 menit kemudian (kalau ga telat nih dokternya).

Awalnya mau menunggu di depan poli mata. Waduh ternyata rame banget gaes. Kebetulan ruangan poli mata bersebelahan dengan poli obgyn yang juga praktik sore ini dan kursi tunggunya untuk 2 poli. Ya sudah ku menyingkir ke dekat apotek saja yang kosong tidak ada orang duduk, lagipula dokternya belum datang yekan. Ku menunggu sambil lihat-lihat tiktok dan nulis-nulis di handphone untuk isian blog 😁

Pengalamanku dulu pernah periksakan anak ke sini, ada dokter anak tapi terjadwal (tidak setiap hari). Memang begini sistemnya, buka pendaftaran 1 jam sebelum jam praktik dokter, lalu menunggu sampai dipanggil. Kalau dulu nih dokternya masih dalam perjalanan dan datang terlambat sampai hampir 1 jam. Aku berharap dokter matanya tidak terlambat. Ga tega kalau harus menitipkan anakku lama-lama ke Mamaku. πŸ˜… soalnyaaa baby Orion nih aktif sekaleee sudah masuk toddler kan ya, dan maunya sana-sini terus.

Aku menunggu agak lama sekitar hampir 2 jam dan akhirnya dipanggil masuk ke ruangan dokter mata. Karena kebetulan aku tahun lalu sempat periksa mata di RS Mata dr.Yap sekalian ngecek minus mata dan ada resep kacamatanya, kuberikan saja kertas resep itu ke dokternya. Dokter langsung menyiapkan lensa kacamatanya dan aku diminta melihat tulisan di tembok untuk menguji apakah kacamatanya masih bisa sesuai resel sebelumnya atau tidak. Ternyata masih bisa. Jadi aku tidak lama di dalam ruang dokter.

Setelah itu kembali ke bagian informasi untuk menyerahkan lembaran dari ruang dokter, lalu ke bagian farmasi untuk dibuatkan resep kacamatanya. Ternyata masih harus menunggu verifikasi dari BPJS sekitar 1-2 hari untuk bisa ambil resep kacamata dari bagian farmasi.

3. Ambil Resep Kacamata dan Berkas Klaim BPJS di RS Rujukan

Setelah 2 hari, aku kembali untuk ambil resep kacamata dan berkas dari rumah sakit untuk klaim BPJS di optik, dan diarahkan untuk membuat kacamata di optik yang bekerjasama dengan BPJS. Ada tuh daftarnya, ada beberapa optik saja. Aku pilih yang dekat rumah ya, di Jl.Gito-gati.

4. Menuju Optik Rujukan (jangan lupa bawa berkas yg diberikan oleh RS Rujukan)

Malamnya langsung ke optik untuk bikin kacamatanya. Persyaratannya hanya berkas2 dari rumah sakit. Berhubung BPJS ku kelas I, subsidi kacamata yang diberikan BPJS sebesar 300.000.

Ini boleh loh ambil kacamata di atas 300.000, tapi kekurangannya dibayarkan secara pribadi. Misal harga kacamata + lensa di 500.000, nah nanti kita hanya perlu bayar 200.000 ke optiknya.

Ada berbagai macam frame yang bisa dipilih, bahkan bisa pilih lensa juga (yg biasa, yg anti sinar biru, yg anti-UV, dsb.). Aku pilih yang tengah-tengah aja daahh. Biaya total kacamata di 600.000, tidak harus ninggal uang tunai untuk DP karena berkas BPJS nya sudah dianggap sebagai DP.

5. Dapat deh Kacamatanya!

Singkat cerita, butuh 3 hari untuk memproses kacamataku dan segera kuambil ketika sudah jadi. Lumayan juga ya kalau dipikir2. Bisa hemat 300.000 meskipun perlu waktu lebih lama dan effort yang lebih banyak. Worth it sih menurutku :)

**Btw, ada syarat yang harus dipenuhi untuk bisa klaim BPJS dalam urusan pembuatan kacamata, yaitu dalam 2 tahun terakhir tidak melakukan pembuatan kacamata dengan BPJS.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peningkat Imun Transfer Factor sebagai Imunomodulator untuk Kucing

Dear readers, Tulisan ini aku tulis berdasarkan pengalamanku pribadi sebagai dokter hewan yang sudah pernah mencobakan peningkat imun/imunomodulator "transfer factor" (TF) dalam pengobatan berbagai kasus penyakit di kucing. Selama jadi praktisi hewan kecil tentunya banyak kasus penyakit yang ditemui, mulai dari sakit ringan berupa gumpalan bulu yang nyangkut di gigi, sampai kasus yang cukup berat dan menguras air mata seperti FIV (feline immunodeficiency virus) yang sudah komplikasi. Ada kasus yang trennya selalu naik selama musim hujan, yaitu virus panleukopenia. Lebih detailnya tentang virus ini nantinya akan ada postnya juga ya. Pada intinya virus panleukopenia ini menyerang tubuh kucing dan utamanya menurunkan jumlah sel darah putih yang digunakan untuk menyerang segala macam infeksi termasuk virus panleukopenia itu sendiri. Nah loh, kalau sel darah putih aja jumlahnya turun akibat si virus terus yang ngelawan ni virus siape tong? 😭 di klinik tempatku bekerja kemarin ada...

My Career Story

Hey yo, it's time to share my career story~ Aku dilantik sebagai dokter hewan di bulan Desember 2019, tapi aku sudah bekerja loh kala itu. Kok bisa??  Bisa donk, guys. Let me tell you, alhamdulillah karir dokter hewan bisa di mana2 banget dan lowongan kerja selalu ada. Bisa dari bidang peternakan, pegawai negeri, tenaga harian lepas di instansi pemerintahan, tenaga pendidik, praktisi hewan kecil, industri makanan dan minuman dari produk hewan, industri obat hewan, laboratorium yang menggunakan hewan coba, bidang konservasi, dsb. Rata-rata sangat mau menerima dokter hewan yang masih menunggu masa pelantikan, tapi sudah harus selesai masa koas. Ketika itu aku mencoba di bidang praktisi hewan kecil yang kebetulan ada lowongannya di Jogja (pada saat itu sebenarnya ada beberapa lowongan daerah Jogja, tapi ndilalahnya kepincut jadi praktisi hewan kecil). Langsung kirim berkas dan wawancara di sebuah klinik yang kebetulan juga dekat dengan rumah. Apakah langsung diterima? Hohoho,, ternyat...

Pengalaman Koas di FKH UGM

Fakultas kedokteran hewan, sama seperti fakultas kedokteran yang lainnya, juga perlu menempuh pendidikan profesi untuk mendapat gelar dokter. Pendidikan profesi dokter hewan baru bisa ditempuh setelah lulus pendidikan S1 kedokteran hewan. Pendidikan profesi ini biasanya disebut juga koasistensi atau singkatnya koas. Di UGM, pada tahun 2018, kegiatan koas kedokteran hewan berlangsung selama kurang lebih 1 tahun. Terdiri dari 6 bagian koas yang masing2 ditempuh dalam kurun waktu 8 minggu. 6 bagian koas tersebut adalah - koas interna hewan kecil (incil), - koas interna hewan besar (inbes),  - koas kedinasan atau koas dinas (kodin), - koas reproduksi (korep), - koas bedah (bedah), dan  - koas diagnosa laboratorik (kodil).  (kabarnya terkini ada 1 bagian koas baru yaitu koas manajemen RSH -2019) Masing-masing koas deg-degan nya beda2 nih, dan tentunya beban koasnya juga berbeda tiap bagian. Yang paling bikin kaku pikiran dan badan adalah koas diagnosa laboratorik. Wuuuhhh,, ya...